Menelisik Hubungan Bahasa di NTB: Balai Bahasa Provinsi NTB Lakukan Evaluasi dan Pengolahan Data Pemetaan Bersama Tim Ahli
Mataram, 7 November 2025—Selama dua hari sejak Kamis, 6 November, Balai Bahasa Provinsi NTB mendapat pendampingan untuk mengevaluasi pengambilan data dan pengolahan data dalam pemetaan bahasa yang dilaksanakan di Ruang Bayan. Pendampingan dan pemantauan dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, sedangkan evaluasi dilakukan oleh narasumber sekaligus tim ahli, yaitu Prof. Kisyani Laksono.
Dalam arahan dan sambutannya, Dwi Pratiwi selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB menyampaikan secara ringkas mengenai pengambilan data yang telah dilakukan. “Dalam pengambilan data kemarin ada beberapa kendala yang ditemui tim, salah satunya di Desa Sambik Elen. Desa tersebut ternyata desa transmigran. Jadi, tim cukup kesulitan untuk menentukan narasumber lapangannya,” ungkap Dwi Pratiwi.
Selama dua hari, tim pemetaan berjibaku mengoreksi data berian yang telah diambil. Prof. Kisyani mengecek satu per satu, mulai dari pemilihan titik lokasi pengamatan, kesesuaian narasumber dengan kriteria yang telah ditetapkan, hingga mengecek satu per satu data berian dari 5 titik pengamatan yang telah diambil.
Beberapa penulisan aksara fonetis diperbaiki oleh narasumber setelah dicocokkan dengan rekaman dan dicontohkan pelafalannya oleh tim yang kebetulan berbicara bahasa dan dialek yang sama. Bunyi yang masih sering keliru ditulis kebanyakan adalah bunyi [I] dan [U] di suku kata pertama yang seharusnya ditulis [i] dan [u].
Pada hari kedua, kuesioner berian yang telah diperbaiki diolah oleh tim ahli. Hasil olah data menunjukkan perbedaan dan kesamaan di antara lima titik yang diambil. Selain itu, data tersebut juga dibandingkan dengan enam titik lain yang tersebar, seperti data yang pernah diambil di Selaparan dan Kawo di Pulau Lombok yang teridentifikasi sebagai isolek Sasak; Pulau Bungin yang teridentifikasi sebagai isolek Bajo; Rhee dan Sekongkang Atas yang teridentifikasi sebagai isolek Samawa, dan Klumpu di Bali yang teridentifikasi sebagai isolek Bali.
Hasil dari kegiatan ini berupa perhitungan dialektometri yang dihitung dengan modal 400 kosakata. Selain itu, tim pemetaan juga membuat narasi hasil pengambilan data dan pengolahnnya yang berdsarkan perhitungan dialektometri.