Balai Bahasa Provinsi NTB Melaksanakan Pendampingan Komunitas Penggerak Literasi Tahun 2025

Mataram, 8 November 2025—Balai Bahasa Provinsi NTB tidak lelah-lelahnya berusaha meningkatkan kualitas literasi dan pendidikan di NTB. Pada siang hari ini, tim kerja literasi menyelenggarakan kegiatan Pendampingan Komunitas Penggerak Literasi. 

Kegiatan ini dilakukan via Zoom. Sebanyak 23 peserta yang berasal dari berbagai wilayah di NTB turut hadir memeriahkan dan menyimak pemberian materi secara takzim. Acara dimulai dengan sambutan Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB, Dwi Pratiwi.

“Ada 2 misi besar dalam pertemuan siang ini. Pertama, pendampingan komunitas literasi terkait dengan pengembangan dan peningkatan kualitas komunitas. Akan ada penguatan dari komunitas literasi yang mendapat Bantuan Fasilitasi dan Apresiasi Literasi bagi Komunitas Literasi Tahun 2025. Misi kedua adalah pemaparan praktik baik terkait dengan Mandalika-Dewisali, tentang praktik pendampingan saat pembuatan buku bacaan cerita anak yang memanfaatkan kearifan lokal,” ujar Dwi Pratiwi.

Kegiatan ini menghadirkan 4 narasumber, yaitu Zahra dari Yayasan Literasi Lumbung Lombok, Farazona Orega dari Lombok Read Aloud, Lalu Abdul Fatah dari Kelas Menulis Tepi Danau, dan Hurul Aeni dari Desa Wisata Hijau Bilebante.

Dua narasumber pertama memaparkan tentang penguatan komunitas. Ada beberapa hal dipaparkan oleh narasumber terkait penguatan komunitas, terutama tentang proposal dan RAB. Hal tersebut penting bagi komunitas yang membutuhkan anggaran dalam menjalankan misinya.

Dua narasumber terakhir memaparkan mengenai Mandalika-Dewisali yang dilaksanakan pada 2023 dan 2024. Tujuan pemaparan tersebut adalah untuk memamerkan hasil karya mereka dan mengajak komunitas dan desa wisata lain untuk melakukan hal serupa.

Sebagai informasi, pada tahun 2023, Mandalika-Dewisali menghasilkan dua buku cerita anak tiga bahasa di Desa Wisata Hijau Bilebante, yaitu Durian Purba dan Sumur Nyangget. Pada 2024, Mandalika-Dewisali menghasilkan tiga buku cerita anak berbahasa Indonesia dan Sasak, yaitu Rahasia Desa Ajaib, Sangku dan Pohon Istimewa, serta Sang Pembelah Bukit.

Harapan dari pemaparan praktik baik Mandalika-Dewisali adalah komunitas-komunitas lain dapat menghasilkan hal serupa. Lebih lanjut, buku yang dihasilkan diharapkan dapat membantu mempromosikan wisata di daerahnya.